Sertifikat Kompetensi Bagi Sarjana Komputer

HASIL survei Badan Pusat Statistik (BPS)
menyebutkan pada 2013 terdapat lebih dari 600 ribu lulusan perguruan
tinggi sarjana/diploma menganggur. Di sisi lain, kebutuhan sarjana atau
tenaga ahli di bidang teknologi informasi diprediksi terus meningkat.
Sesuai data BPS, bahwa pertumbuhan industri komputer sekira 10 persen
per tahun.
Sekolah Tinggi Teknologi Terpadu Nurul Fikri (STT NF) -yang tidak ingin menambah jumlah penggangguran terdidik-, memberikan sertifikat kompetensi kepada mahasiswa atau lulusannya, selain ijazah sarjana komputer untuk program studi Sistem Informasi dan Teknik Informatika.
Mengapa sertifikat kompetensi penting? Seperti ijazah sebagai bukti seseorang lulus sebagai sarjana komputer, sertifikat kompetensi dibutuhkan mahasiswa jika dia ingin diakui sebagai orang yang kompeten di bidang keahlian komputer tertentu, misal pemrograman, database, jaringan, administrator sistem, dan sebagainya.
Meskipun belum lulus sarjana, sertifikat kompetensi dapat digunakan mahasiswa untuk mencari kerja. Dalam perekrutaan tenaga kerja, perusahaan juga melihat kompetensi yang dimiliki pelamar, selain ijazah dan transkrip nilai akademiknya.
Mahasiswa yang berasal dari SMK jurusan bukan komputer atau MA/SMA bukan IPA, belum tentu kalah kompeten dibandingkan mahasiswa yang berasal dari SMK komputer atau MA/SMA IPA. Kompetensi dapat ditingkatkan ketika masih kuliah, kemudian diuji kompetensinya melalui program sertifikasi.
Ilmu dan skill untuk lulus sertifikasi dapat diasah melalui pelatihan atau belajar mandiri, apalagi mahasiswa komputer diberikan teori dan konsep dasar ilmu komputer yang kuat selama kuliah. Sertifikat kompetensi tidak sama dengan sertifikat kursus biasa, karena proses sertifikasi kompetensi tidak asal-asalan. Sertifikat kompetensi di bidang teknologi informasi diberikan oleh lembaga sertifikasi yang diakui secara nasional dan internasional.
Dalam memberikan pelatihan dan sertifikasi kompetensi kepada mahasiswa, STT NF bekerja sama dengan Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Terpadu Nurul Fikri (LP3T-NF), Lembaga Sertifikasi Kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi (LSK-TIK), Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Telematika, Yayasan Penggerak Linux Indonesia (YPLI), Oracle University, Huawei, dan Linux Professional Institute (LPI).
Sekolah Tinggi Teknologi Terpadu Nurul Fikri (STT NF) -yang tidak ingin menambah jumlah penggangguran terdidik-, memberikan sertifikat kompetensi kepada mahasiswa atau lulusannya, selain ijazah sarjana komputer untuk program studi Sistem Informasi dan Teknik Informatika.
Mengapa sertifikat kompetensi penting? Seperti ijazah sebagai bukti seseorang lulus sebagai sarjana komputer, sertifikat kompetensi dibutuhkan mahasiswa jika dia ingin diakui sebagai orang yang kompeten di bidang keahlian komputer tertentu, misal pemrograman, database, jaringan, administrator sistem, dan sebagainya.
Meskipun belum lulus sarjana, sertifikat kompetensi dapat digunakan mahasiswa untuk mencari kerja. Dalam perekrutaan tenaga kerja, perusahaan juga melihat kompetensi yang dimiliki pelamar, selain ijazah dan transkrip nilai akademiknya.
Mahasiswa yang berasal dari SMK jurusan bukan komputer atau MA/SMA bukan IPA, belum tentu kalah kompeten dibandingkan mahasiswa yang berasal dari SMK komputer atau MA/SMA IPA. Kompetensi dapat ditingkatkan ketika masih kuliah, kemudian diuji kompetensinya melalui program sertifikasi.
Ilmu dan skill untuk lulus sertifikasi dapat diasah melalui pelatihan atau belajar mandiri, apalagi mahasiswa komputer diberikan teori dan konsep dasar ilmu komputer yang kuat selama kuliah. Sertifikat kompetensi tidak sama dengan sertifikat kursus biasa, karena proses sertifikasi kompetensi tidak asal-asalan. Sertifikat kompetensi di bidang teknologi informasi diberikan oleh lembaga sertifikasi yang diakui secara nasional dan internasional.
Dalam memberikan pelatihan dan sertifikasi kompetensi kepada mahasiswa, STT NF bekerja sama dengan Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Terpadu Nurul Fikri (LP3T-NF), Lembaga Sertifikasi Kompetensi Teknologi Informasi dan Komunikasi (LSK-TIK), Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Telematika, Yayasan Penggerak Linux Indonesia (YPLI), Oracle University, Huawei, dan Linux Professional Institute (LPI).
( http://kampus.okezone.com)
Soft Skill Menentukan Karier Fresh Graduate

JAKARTA - Ternyata, indeks prestasi atau hard skill selama kuliah hanya berkontribusi 20 persen dalam menentukan karier seseorang. Sedangkan soft skill, seperti kemampuan berkomunikasi maupun berorganisasi memiliki peran sebesar 80 persen.
Demikian diungkapkan Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Edy Suandi Hamid dalam wisuda periode III UII. Paparan itu, kata Edy, merupakan hasil
penelitian yang dilakukan di Indonesia maupun oleh sebuah perguruan tinggi di Amerika.
"Kemampuan soft skill penting untuk dimiliki, terlebih bila kemampuan hard skill yang baik dapat dilengkapi dengan soft skill, tentunya hal ini akan menjadikan wisudawan di kemudian hari sebagai insan yang luar biasa," ujar Edy, seperti disitat dari laman UII, Rabu (2/4/2014).
Ketua Umum APTISI itu menyebut, sejatinya ketika menjalani masa kuliah para wisudawan telah diberikan peluang yang besar untuk memperoleh soft skill melalui berbagai lembaga organisasi mahasiswa yang ada. Soft skill yang dapat diperoleh dan menjadi bekal berharga adalah bagaimana memiliki kemampuan memimpin, berkomunikasi, dan mampu menyampaikan ide-ide dengan akurat, cepat, efisien, dan tanpa salah makna.
"Selama kuliah, kemampuan soft skill tidak diajarkan secara langsung, tetapi diperoleh dengan aktif di organisasi kemahasiswaan. Aktivitas rutin di dalamnya seperti berdiskusi, berpidato, berceramah dan sebagainya akan melatih kemampuan dalam berkomunikasi," paparnya.
Menurut Edy, hal positif lainnya dari soft skill yang dimilki adalah bagaimana kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Kemampuan tersebut akan sangat berguna ketika para mahasiswa lepas dari kampus dan masuk dalam lingkungan besar yang sangat heterogen dan plural.
"Lingkungan yang akan dihadapi wisudawan nantinya bukanlah lingkungan yang homogen seperti di UII, tetapi nantinya akan menyesuaikan dengan masyarakat yang sangat heterogen dan plural, yang berbeda agama, berbeda suku bangsa, berbeda ideologi. Wisudawan akan dituntut untuk dapat bekerjasama dengan siapa saja, bahkan bekerjasama dengan musuh sekalipun," imbuh Edy.
Seorang yang memiliki soft skill, tambahnya, juga memiliki pandangan yang jauh ke depan. Selain itu, mereka juga mengutamakan etika, disiplin, dan kejujuran.
"Sikap soft skill seperti ini selaras dengan nilai-nilai yang terkandung dalam terminologi ulil albab," tuturnya. (rfa)
http://kampus.okezone.com/read/2014/04/02/370/964165/soft-skill-menentukan-karier-fresh-graduate
Jangan Lakukan Ini Saat Interview Kerja

JAKARTA - Hal kecil dapat membuat perbedaan besar. Misalnya, kesalahan ketik dalam surat lamaran dan CV bisa membuat berkas lamaran kerja Anda masuk tong sampah.
Begitu juga saat Anda menghadapi sesi wawancara. Terkadang, Anda akan gagal hanya karena sebuah kesalahan kecil. Apa saja?
Berpakaian tidak pantas
Pastikan Anda mengenakan busana profesional. Jangan mengenakan gaun tanpa lengan hanya karena Anda terlihat cantik memakainya.
Pikirkan juga tentang aksesoris. Lebih baik Anda melepas semua piercing yang melekat di tubuh. Begitu juga dengan tato, sebaiknya Anda sembunyikan dahulu dengan baju atau make up. Memang sih, beberapa pekerjaan, khususnya di bidang kreatif, tidak mempermasalahkan hal tersebut. Tetapi, supaya aman, lebih baik disembunyikan saja. Demikian dilansir Her Campus, Sabtu (22/3/2014).
Terlihat gugup
Sebenarnya ini adalah perasaan yang wajar. Tetapi, pastikan Anda tidak memperlihatkan kegugupan secara berlebihan.
Jika Anda memiliki kebiasaan kecil ketika gugup, seperti menggigiti bibir atau kuku, berlatihlah untuk menghilangkannya atau minimal meredamnya. Tindakan-tindakan itu hanya akan membuat Anda terlihat tidak percaya diri.
Anda bisa berlatih melalui sesi wawancara bayangan dengan teman atau saudara di rumah. Dengan begitu, Anda tidak akan merasa terlalu gugup menghadapi interviewer karena sudah tahu apa yang akan Anda sampaikan.
Memeriksa jam atau ponsel
Meskipun Anda terburu-buru karena ada janji dengan orang lain, hindari keinginan mengintip jam tangan saat wawancara kerja. Hal itu bisa mengindikasikan Anda tidak sabaran dan tidak terlalu berminat dengan pekerjaan yang Anda lamar.
Bagi perusahaan, kandidat yang mengecek jam atau ponselnya bisa dilihat sebagai pribadi yang tidak fokus. Mereka mungkin menganggap Anda tidak serius melamar pekerjaan di perusahaan tersebut.
Karena itu, sebelum masuk ruang wawancara, matikan ponsel Anda. Anda juga bisa mengganti jam tangan dengan gelang. Jangan juga mencari-cari jam dinding. Selain itu, semakin lama Anda menghabiskan waktu dengan pewawancara, semakin besar kemungkinan mereka mengenal Anda.
Berbicara secara tidak profesional
Anda mungkin ingin merasa nyaman di sekitar pewawancara, tetapi ingatlah untuk menjaga profesionalitas. Sebisa mungkin, hindari juga bergumam seperti "um" dan "eee". Kebiasaan ini mungkin menunjukkan ketidakmampuan Anda dalam berkomunikasi dengan baik.
Kuncinya, bicara saja seperti normalnya Anda berbicara. Jangan terlalu membatasi diri Anda sehingga terkesan seperti robot. Tetapi, jangan juga terlalu banyak bercanda karena akan mengesankan Anda tidak profesional.
Bahasa tubuh
Komunikasi nonverbal bisa jadi lebih penting ketimbang komunikasi verbal. Begitu juga dalam sesi interview kerja.
Gunakan bahasa tubuh untuk menunjukkan bahwa Anda percaya diri, fokus dan terlibat dalam percakapan. Pertahankan kontak mata dan jangan gelisah. Bersikap normal saja, jangan terlalu kaku, dan jangan juga tidak bisa diam. (rfa)
http://kampus.okezone.com/read/2014/03/21/370/958839/jangan-lakukan-ini-saat-interview-kerja
Tidak ada komentar:
Posting Komentar