Beasiswa Presidential Scholarship Diluncurkan

VIVAnews - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
hari ini Rabu 2 Maret 2014 meluncurkan Presidential Scholarship, yaitu
program beasiswa atas inisiatif yang diberikan pemerintah Indonesia
bagi warga negara Indonesia untuk menempuh jenjang pendidikan magister
(S-2) dan doktor (S-3) di perguruan tinggi di luar negeri. Mereka yang
menerima beasiswa ini syaratnya menempuh pendidikan di 50 universitas
terbaik di dunia.
"Semua biaya pendidikan dan biaya penunjang pendidikan, seperti
biaya hidup, biaya transportasi, asuransi, biaya pelatihan, komunikasi
dan biaya lain masuk dalam komponen biaya," kata Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Muhammad Nuh di Istana Negara, Jakarta.
Setiap tahun, kata Nuh, akan terbuka peluang 100 bagi putra-putri
terbaik bangsa yang telah lolos dalam seleksi program beasiswa ini.
Sementara, ada beberapa bidang ilmu yang menjadi fokus dalam program
beasiswa ini, yaitu Ilmu Alam, Ilmu Formal, Ilmu terapan, Ilmu Sosial,
Ilmu Humaniora, dan Ilmu Agama.
Menurut Nuh, pada proses seleksi ini ada tiga tahap yaitu, proses
seleksi dokumen, wawancara dengan para akademisi dan pakar di
masing-masing bidang dan program kepemimpinan.
"Pada program kepemimpinan itu, siswa akan menjalani proses karantina selama 12 hari bersama tim pelaksana," kata dia.
Sementara, SBY mengatakan program beasiswa itu sebagai wujud
pertanggungjawaban pemerintah untuk memberikan peluang pendidikan yang
baik bagi generasi muda.
"Negera dalam hal ini pemerintah punya tanggung jawab untuk
menyediakan peluang itu kepada generasi muda kita dan bangsa Indonesia
untuk dapatkan peluang agar mereka bisa menjadi manusia unggul," kata
dia.
Mendikbud menegaskan bahwa peluncuran beasiswa ini bukan untuk
berkampanye. Meskipun peluncuran beasiswa ini dilakukan pada masa
kampanye.
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/493626-beasiswa-presidential-scholarship-diluncurkan
Psikolog: Ungkapan Lewat Surat Mampu Beri Manfaat Sehat
Di zaman era canggih ini, kebiasaan berkirim surat semakin tergerus.
Komunikasi instan menggunakan kalimat-kalimat pendek menggantikan
untaian kalimat panjang penuh perasaan dalam surat pada umumnya.
Padahal, ungkapan perasaan tersebut mampu memberikan manfaat kesehatan
bagi Anda.
Psikolog keluarga Anna Surti Ariani mengungkapkan bahwa curahan perasaan yang disampaikan secara tertulis ternyata bisa menurunkan tekanan darah maupun kadar kolesterol dalam darah.
Ia mengutip hasil riset yang dilakukan Floyd et al pada 2007 lalu. Studi tersebut dilakukan terhadap sekelompok individu yang terbagi kedalam dua kelompok.
Kelompok kontrol diminta untuk menuliskan hal-hal yang berkaitan dengan diri sendiri, termasuk pekerjaan yang dilakukan dan kondisi tempat tinggal sehari-hari. Sedangkan, kelompok kedua diminta untuk menuliskan perasaan mereka tentang seseorang yang mereka sayangi dalam dua puluh menit selama lima minggu.
Setelah hari ke-25, kelompok eksperimental yang menyampaikan perasaan sayang menunjukkan kondisi penurunan kolesterol darah. Rata-rata tingkat penurunan kolesterol darah mereka dari 170 mg/dL menjadi 159 mg/dL.
Riset tersebut juga mengidentifikasi bahwa orang yang menyampaikan perasaan secara langsung kepada orang yang dimaksud memperoleh manfaat lebih besar dibandingkan mereka yang menunjukkannya lewat penggambaran orang ketiga.
“Jadi, sebetulnya kalau anda mau memulai lagi kebiasaan mengirim surat itu dianjurkan. Terutama, jika Anda mau mengawali pembicaraan yang lebih berat,” cetus perempuan yang akrab disapa Nina itu di Jakarta.
Berkomunikasi lewat surat juga bisa menjadi solusi saat menghadapi hambatan komunikasi. Hambatan komunikasi, sambung dia, bisa terjadi karena empat hal, yakni fisik, situasional, psikologis dan gender. Hambatan fisik semata menyangkut perbedaan jarak yang terjadi, sementara hambatan situasional bisa terjadi karena perubahan suasana hati lawan bicara.
Hambatan yang cukup berat terkait psikologis dan gender. Hal itu terjadi karena tak ada kebiasaan memupuk pola komunikasi yang hangat. Akibatnya, mereka seringkali canggung untuk mengutarakan pendapat satu sama lain.
“Nah, surat ini bisa membuka komunikasi yang canggung tadi. Kita bisa sampaikan dalam surat tentang perasaan kita sembari kita sampaikan juga rasa terima kasih karena sudah mau membaca. Membaca ini kan perlu meluangkan waktu juga kan,” sarannya.
Psikolog keluarga Anna Surti Ariani mengungkapkan bahwa curahan perasaan yang disampaikan secara tertulis ternyata bisa menurunkan tekanan darah maupun kadar kolesterol dalam darah.
Ia mengutip hasil riset yang dilakukan Floyd et al pada 2007 lalu. Studi tersebut dilakukan terhadap sekelompok individu yang terbagi kedalam dua kelompok.
Kelompok kontrol diminta untuk menuliskan hal-hal yang berkaitan dengan diri sendiri, termasuk pekerjaan yang dilakukan dan kondisi tempat tinggal sehari-hari. Sedangkan, kelompok kedua diminta untuk menuliskan perasaan mereka tentang seseorang yang mereka sayangi dalam dua puluh menit selama lima minggu.
Setelah hari ke-25, kelompok eksperimental yang menyampaikan perasaan sayang menunjukkan kondisi penurunan kolesterol darah. Rata-rata tingkat penurunan kolesterol darah mereka dari 170 mg/dL menjadi 159 mg/dL.
Riset tersebut juga mengidentifikasi bahwa orang yang menyampaikan perasaan secara langsung kepada orang yang dimaksud memperoleh manfaat lebih besar dibandingkan mereka yang menunjukkannya lewat penggambaran orang ketiga.
“Jadi, sebetulnya kalau anda mau memulai lagi kebiasaan mengirim surat itu dianjurkan. Terutama, jika Anda mau mengawali pembicaraan yang lebih berat,” cetus perempuan yang akrab disapa Nina itu di Jakarta.
Berkomunikasi lewat surat juga bisa menjadi solusi saat menghadapi hambatan komunikasi. Hambatan komunikasi, sambung dia, bisa terjadi karena empat hal, yakni fisik, situasional, psikologis dan gender. Hambatan fisik semata menyangkut perbedaan jarak yang terjadi, sementara hambatan situasional bisa terjadi karena perubahan suasana hati lawan bicara.
Hambatan yang cukup berat terkait psikologis dan gender. Hal itu terjadi karena tak ada kebiasaan memupuk pola komunikasi yang hangat. Akibatnya, mereka seringkali canggung untuk mengutarakan pendapat satu sama lain.
“Nah, surat ini bisa membuka komunikasi yang canggung tadi. Kita bisa sampaikan dalam surat tentang perasaan kita sembari kita sampaikan juga rasa terima kasih karena sudah mau membaca. Membaca ini kan perlu meluangkan waktu juga kan,” sarannya.
Meski begitu, Nina tetap menyatakan bahwa komunikasi verbal secara langsung adalah cara terbaik untuk membangun kedekatan. “Kita enggak mungkin hanya mengandalkan surat karena ini kan satu arah. Kalau kita kasih surat, dia enggak balas, mau gimana?” tukasnya.()
Psikolog keluarga Anna Surti Ariani mengungkapkan bahwa curahan perasaan yang disampaikan secara tertulis ternyata bisa menurunkan tekanan darah maupun kadar kolesterol dalam darah.
Ia mengutip hasil riset yang dilakukan Floyd et al pada 2007 lalu. Studi tersebut dilakukan terhadap sekelompok individu yang terbagi kedalam dua kelompok.
Kelompok kontrol diminta untuk menuliskan hal-hal yang berkaitan dengan diri sendiri, termasuk pekerjaan yang dilakukan dan kondisi tempat tinggal sehari-hari. Sedangkan, kelompok kedua diminta untuk menuliskan perasaan mereka tentang seseorang yang mereka sayangi dalam dua puluh menit selama lima minggu.
Setelah hari ke-25, kelompok eksperimental yang menyampaikan perasaan sayang menunjukkan kondisi penurunan kolesterol darah. Rata-rata tingkat penurunan kolesterol darah mereka dari 170 mg/dL menjadi 159 mg/dL.
Riset tersebut juga mengidentifikasi bahwa orang yang menyampaikan perasaan secara langsung kepada orang yang dimaksud memperoleh manfaat lebih besar dibandingkan mereka yang menunjukkannya lewat penggambaran orang ketiga.
“Jadi, sebetulnya kalau anda mau memulai lagi kebiasaan mengirim surat itu dianjurkan. Terutama, jika Anda mau mengawali pembicaraan yang lebih berat,” cetus perempuan yang akrab disapa Nina itu di Jakarta.
Berkomunikasi lewat surat juga bisa menjadi solusi saat menghadapi hambatan komunikasi. Hambatan komunikasi, sambung dia, bisa terjadi karena empat hal, yakni fisik, situasional, psikologis dan gender. Hambatan fisik semata menyangkut perbedaan jarak yang terjadi, sementara hambatan situasional bisa terjadi karena perubahan suasana hati lawan bicara.
Hambatan yang cukup berat terkait psikologis dan gender. Hal itu terjadi karena tak ada kebiasaan memupuk pola komunikasi yang hangat. Akibatnya, mereka seringkali canggung untuk mengutarakan pendapat satu sama lain.
“Nah, surat ini bisa membuka komunikasi yang canggung tadi. Kita bisa sampaikan dalam surat tentang perasaan kita sembari kita sampaikan juga rasa terima kasih karena sudah mau membaca. Membaca ini kan perlu meluangkan waktu juga kan,” sarannya.
Psikolog: Ungkapan Lewat Surat Mampu Beri Manfaat Sehat
Lampost.co:
Di zaman era canggih ini, kebiasaan berkirim surat semakin tergerus.
Komunikasi instan menggunakan kalimat-kalimat pendek menggantikan
untaian kalimat panjang penuh perasaan dalam surat pada umumnya.
Padahal, ungkapan perasaan tersebut mampu memberikan manfaat kesehatan
bagi Anda.Psikolog keluarga Anna Surti Ariani mengungkapkan bahwa curahan perasaan yang disampaikan secara tertulis ternyata bisa menurunkan tekanan darah maupun kadar kolesterol dalam darah.
Ia mengutip hasil riset yang dilakukan Floyd et al pada 2007 lalu. Studi tersebut dilakukan terhadap sekelompok individu yang terbagi kedalam dua kelompok.
Kelompok kontrol diminta untuk menuliskan hal-hal yang berkaitan dengan diri sendiri, termasuk pekerjaan yang dilakukan dan kondisi tempat tinggal sehari-hari. Sedangkan, kelompok kedua diminta untuk menuliskan perasaan mereka tentang seseorang yang mereka sayangi dalam dua puluh menit selama lima minggu.
Setelah hari ke-25, kelompok eksperimental yang menyampaikan perasaan sayang menunjukkan kondisi penurunan kolesterol darah. Rata-rata tingkat penurunan kolesterol darah mereka dari 170 mg/dL menjadi 159 mg/dL.
Riset tersebut juga mengidentifikasi bahwa orang yang menyampaikan perasaan secara langsung kepada orang yang dimaksud memperoleh manfaat lebih besar dibandingkan mereka yang menunjukkannya lewat penggambaran orang ketiga.
“Jadi, sebetulnya kalau anda mau memulai lagi kebiasaan mengirim surat itu dianjurkan. Terutama, jika Anda mau mengawali pembicaraan yang lebih berat,” cetus perempuan yang akrab disapa Nina itu di Jakarta.
Berkomunikasi lewat surat juga bisa menjadi solusi saat menghadapi hambatan komunikasi. Hambatan komunikasi, sambung dia, bisa terjadi karena empat hal, yakni fisik, situasional, psikologis dan gender. Hambatan fisik semata menyangkut perbedaan jarak yang terjadi, sementara hambatan situasional bisa terjadi karena perubahan suasana hati lawan bicara.
Hambatan yang cukup berat terkait psikologis dan gender. Hal itu terjadi karena tak ada kebiasaan memupuk pola komunikasi yang hangat. Akibatnya, mereka seringkali canggung untuk mengutarakan pendapat satu sama lain.
“Nah, surat ini bisa membuka komunikasi yang canggung tadi. Kita bisa sampaikan dalam surat tentang perasaan kita sembari kita sampaikan juga rasa terima kasih karena sudah mau membaca. Membaca ini kan perlu meluangkan waktu juga kan,” sarannya.
Meski begitu, Nina tetap menyatakan bahwa komunikasi verbal secara langsung adalah cara terbaik untuk membangun kedekatan. “Kita enggak mungkin hanya mengandalkan surat karena ini kan satu arah. Kalau kita kasih surat, dia enggak balas, mau gimana?” tukasnya.()
http://lampost.co/berita/psikolog-ungkapan-lewat-surat-mampu-beri-manfaat-sehat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar